
Layar stadion menampilkan Kevin De Bruyne dari Manchester City selama pertandingan Premier League antara Manchester City dan Bournemouth di Etihad Stadium, 20 Mei 2025 (c) AP Photo/Dave Thompson
Bola.net – Malam itu, Kevin De Bruyne tak kuasa menahan air mata. Sang maestro Belgia resmi mengakhiri sepak terjangnya selama 10 tahun bersama Manchester City.
Di tengah gelora emosi yang membanjiri Etihad Stadium, dia menerima penghormatan terakhir dari fans, rekan setim, dan pelatih Josep Guardiola setelah City menang 3-1 atas Bournemouth.
Meski tak mencetak gol, kehadiran De Bruyne tetap menjadi sajian utama. Dia terpaksa diganti lebih awal usai kartu merah Mateo Kovacic, tapi tepuk tangan meriah dan pelukan hangat dari Guardiola menjadi bukti betapa besar jasanya bagi klub.
Usai laga, dia kembali ke lapangan untuk acara perpisahan khusus, disambut guard of honour dan video montase yang memutar momen-momen terbaiknya.
Bagian Abadi Manchester City
Kevin De Bruyne di laga Manchester City vs Bournemouth, Rabu (21/5/2025). (c) AP Photo/Dave Thompson
Ditemani sang istri, Michele, dan ketiga anaknya, De Bruyne berdiri di tengah lapangan dengan mata berkaca-kaca. Guardiola bahkan tak bisa menyembunyikan air matanya ketika klub mengumumkan bahwa sang gelandang akan diabadikan dalam bentuk patung di luar stadion.
“Ini sangat emosional,” ujar De Bruyne, seperti dikutip BBC Sport. “Patung itu berarti saya akan selalu menjadi bagian dari klub ini.”
Dengan suara bergetar, dia mengungkapkan betapa Manchester telah menjadi rumah bagi keluarganya. “Anak-anak saya lahir di sini. Saya dan istri datang dengan niat tinggal lama, tapi tak menyangka akan bertahan 10 tahun dan meraih segalanya bersama klub,” katanya. Dia pun yakin City akan terus melangkah maju tanpa dirinya.
Malam yang Tak Terlupakan di Etihad Stadium
Selebrasi skuad Manchester City di laga versus Bournemouth, Rabu (21/5/2025). (c) AP Photo/Dave Thompson
Malam itu, meski legenda musik Bruce Springsteen sedang manggung di dekat stadion, perhatian tetap tertuju pada De Bruyne.
Kaos dan syal bertuliskan namanya memenuhi tribune, sementara mural raksasanya menghiasi Northern Quarter Manchester. Klub juga mengabadikan namanya di jalan akademi dan mempersembahkan mosaik khusus untuknya.
Setiap kali bola menyentuh kakinya, fans berharap dia mencetak gol atau assist terakhir. Peluang emas pun datang, tapi tendangannya malah menghantam mistar. “Ini buruk,” akunya sambil tertawa. “Anak saya pasti akan mengejek saya hari ini.” Namun, kesalahan itu tak mengurangi kemegahan malam perpisahannya.
Warisan Sang Raja
Kevin De Bruyne di laga Manchester City vs Aston Villa, Premier League 2024/2025 (c) AP Photo/Jon Super
Selama satu dekade, De Bruyne mengoleksi enam gelar Premier League, dua kali dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Musim Ini, dan tiga kali meraih Playmaker Award. Rekor 20 assist dalam satu musim (2019/20) yang dia pegang bersama Thierry Henry menjadi bukti kehebatannya.
“Saya ingin bermain dengan kreativitas, gairah, dan kebahagiaan,” ujarnya.
Ketika ditanya bagaimana dia ingin dikenang, jawabannya sederhana: “Dengan sukacita.” Malam itu, fans membalasnya dengan yel-yel, “Kami ingin kau tetap di sini!”
Namun, King Kev akhirnya melangkah pergi, mengakhiri era keemasan di Etihad dengan senyum dan air mata.
Perpisahan Seorang Legenda yang Bernama Kevin De Bruyne
Kevin De Bruyne usai laga Manchester United vs Manchester City di Premier League, Minggu (6/4/2025) malam WIB. (c) AP Photo/Dave Thompson
Micah Richards, mantan bek City, menyimpulkan dengan sempurna: “Dia pemain rendah hati yang berbicara lewat aksi. Setiap orang yang pernah bermain bersamanya memujinya.”
De Bruyne mungkin pergi. Akan tetapi, warisannya sebagai salah satu gelandang terbaik Premier League abadi di hati fans.
Malam itu, Etihad bukan hanya kehilangan seorang bintang, tapi juga seorang legenda.
Leave a Reply